Senin, 05 Desember 2011

salah plih..

Novel berjudul “ Salah Pilih “ ini isinya menceritakan tentang kisah cinta seorang perempuan yang bernama Asnah dengan pemuda bernama Asri. Mereka adalah saudara namun tak sekandung. Sejak kecil Asnah dan Asri dibesarkan layaknya sebagai saudara kandung. Ibu Asri yang telah menjanda mengasuh dan menyayangi Asnah yang telah diangkatnya seperti putri kandungnya sendiri. Asnah dan Asri saling mengasihi satu sama lain, sampai tiba waktunya mereka beranjak dewasa.
Asri adalah seorang pemuda terpelajar. Pada suatu ketika ia hendak dijodohkan dengan gadis cantik yang berasal dari keluarga kaya dan terpandang yang bernama Saniah. Ia juga merupakan gadis yang terpelajar. Dan karena kelebihan yang dimilikinya itu iapun menjadi orang yang sombong. Sebenarnya Asri tidak mencintai Saniah. Ia hanya mengikuti kehendak ibunya saja. Begitu pula dengan Saniah. Ia bersedia menikah dengan Asri hanya karena derajat dan harta kekayaan yang dimiliki oleh keluarga Asri saja. Pada suatu hari Asnah dan ibunya beserta kerabatnya berkunjung kerumah Saniah untuk membicarakan perihal pernikahan Asri dengan Saniah. Namun dirumah Saniah, Asnah justru dihina oleh Saniah yang sombong itu. Ia berkata bahwa Asnah hanyalah anak seorang babu, yang mendapat keberuntungan diangkat menjadi anak oleh ibunda Asri. Bahkan ia juga mengatakan bahwa Asnah hanya akan menguasai harta kekayaan yang dimiliki oleh keluarga Asri. Dengan adanya kejadian itu, Asnahpun tau bahwa Saniah hanya menginginkan harta Asri. Dan ia juga menduga bahwa Asri akan dikuasai oleh Saniah.
Beberapa minggu kemudian, Asri pulang dari Jakarta dan ia segera melamar Saniah. Namun, pada saat suatu ketika Asri datang kerumah Saniah, ia justru tak melihat Saniah. Rupanya Saniah yang sudah menjadi tunangannya justru tak menemuinya. Sehingga ia merasa kecewa dengan sikap tunangannya tersebut. Pada suatu ketika, Asnah sedang membicarakan perihal sifat dan kelakuan Saniah kepada ibunya. Pada saat keduanya sedang berbincang-bincang, tiba-tiba datanglah Asri. Ia terkejut ketika melihat Asnah yang muram. Namun, dengan cepat Asnah mengubah wajahnya yang muram itu dengan keceriaannya. Sebab, ia tak ingin membuat Asri sedih. Ia juga tak ingin jika Asri mengetahui sifat asli calon istrinya. Sebab jika Asri mengetahuinya ia pasti akan kecewa dan bisa saja mengurungkan niatnya untuk menikahi Saniah.
Beberapa pekan kemudian, tibalah waktunya untuk Asri dan Saniah menikah. Setelah menikah mereka tinggal di rumah gedang milik keluarga Asri. Awalnya Saniah tak mau tinggal di rumah gedang itu. Namun, berkat bujukan Asri akhirnya ia bersedia. Di rumah gedang itu, Saniah dan Asri tinggal bersama Asnah, Liah dan juga ibunda Asri. Seperti yang dikhawatirkan, Saniahpun tak suka dengan keberadaan Asnah di rumah gedang itu. Ia sering menghina Asnah, bahkan setiap hari Asnah disuruhnya untuk mengerjakan seluruh pekerjaan rumah. Jika Asri berada di rumah Saniah berpura-pura baik kepada Asnah. Namun, jika Asri bekerja ia selalu memperbudak Asnah. Suatu ketika Saniah mengadu kepada Asri bahwa keberadaan Asnah hanya akan membuatnya tidak senang. Ia juga berkata kepada Asri bahwa Asnah tidak pantas tinggal di rumah gedang itu, sebab ia hanya keturunan seorang babu yang kini sudah menjadi yatim piatu. Mendengar istrinya menjelekkan Asnah, Asripun marah dan kemudian menegur istrinya dengan emosi bahwa dia tidak pantas memperlakukan Asnah dengan seenaknya. Ia juga mengatakan kepada istrinya bahwa sesungguhnya Asnahlah yang lebih pantas untuk dihormati daripada dirinya. Lalu Saniah marah dan ia hanya bisa diam dengan menyimpan dendam kepada Asnah yang di anggapnya sudah merebut hati suaminya. Suatu malam Asri dan keluarganya makan malam bersama dirumah gedang. Namun, Saniah hanya berdiam diri dikamarnya. Ia tak mau makan bersama keluarga Asri. Dalam adat yang dianut oleh keluarganya, tak baik jika seorang laki-laki berhubungan terlalu dekat dengan perempuan yang masih saudaranya. Sehungga ia tak suka melihat Asri terlalu dekat dengan Asnah. Kemudian setelah selesai makan Asnahpun mengantarkan makanan kekamar Saniah. Dan Saniah bukannya menyambut baik Asnah, ia justru kembali mencaci-maki Asnah. Akan tetapi Asnah menghadapinya dengan hati yang sabar. Semakin lama Asnah merasakan perasaan yang lebih kepada Asri, Ia merasa bahwa sebenarnya ia cinta kepada Asri. Sejak awal ia memang sedih dengan adanya Asri menikahi Saniah. Suatu hari antara Asri dan Saniah terjadi sebuah pertengkaran yang disebabkan oleh ketidaksukaan Saniah akan keberadaan Asnah dirumah gedang. Namun, Asri masih saja membala Asnah daripada Saniah, istrinya sendiri. Beberapa hari kemudian ibunda Asri dan Asnah, Mariati jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Di rumah sakit keadaan Mariati bukannya bertambah lebih baik, ia justru semakin bertambah parah. Rupanya ia sudah dekat dengan ajalnya, dan pada hari kamis ia meninggal dunia. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Mariati menyatakan penyesalannya kepada Asri karena memaksanya menikah dengan Saniah. Ia menyesal karena ia tak memberi kesempatan kepada Asri untuk memilih sendiri pasangan hidupnya. Sebab ternyata Saniah tak sebaik yang diharapkannya. Ia juga meminta kepada Asri untuk selalu menjaga Asnah dan agar Asnah tetap tinggal di rumah gedang untuk selama-lamanya. Selain itu, Mariati juga mengatakan kepada Asri bahwa alangkah bahagianya jika Asri menikah dengan Asnah. Sebab Asnah bukanlah anak kandungnya. Jadi sah-sah saja jika ia menikah dengan Asnah. Melihat mertuanya meninggal, Saniah bukannya bersedih, ia justru tampak bahagia. Sebab ia dapat dengan mudah menguasai rumah gedang dan dapat secepatnya mengusir Asnah dan juga Malliah. Akan tetapi usahanya untuk mengusir Asnah dan Liah selalu gagal. Sebab suaminya selalu menentangnya keras-keras jika ia berniat mengusir Asnah dan Liah. Semakin lama Saniah tidak suka dengan sikap suaminya yang lebih mementingkan Asnah dan juga Liah. Hingga ia memutuskan untuk pulang kerumah orang tuanya. Di rumahnya Saniah menceritakan semuanya kepada ibunya yang juga memiliki sifat yang sombong. Iapun marah karena merasa derajatnya direndahkan. Akhirnya ia menyuruh Saniah agar meminta cerai kepada Asri. Dan pada suatu hari Saniah beserta ibunya dan pembantunya pergi ke padang dengan mengendarai oto taksi. Di perjalanan menuju Pada taksi yang mereka tumpangi tergelincir ke sebuah sengai yang kering. Saniah dan ibunya meninggal dunia sedangkan sopir taksi dan pembantunya selamat. Setelah kematian Saniah, Asri menjadi duda. Sedangkan keluarga Saniah semakin akrab dengannya. Sebab dulunya ibunda Saniah melarang keras keluarganya untuk terlalu menyayangi Asri sebagai anak. Asripun menyerahkan semua harta istrinya kepada keluarga Saniah. Dan beberapa bulan kemudian Asri menikah juga dengan Asnah, adik angkatnya. Mereka menjadi pasangan yang bahagia dan mereka berencana memajukan negerinya setelah Asri diangkat menjadi kepala negeri.



KOMENTAR
Dalam novel ini mengandung nilai kebudayaan. Bahasa yang digunakan oleh penulis agak sulit dipahami. Namun pada akhirnya dapat dimengerti. Amanat yang terkandung dalam novel ini adalah bahwa manusia harus berhati-hati dalam memilih pasangan hidupnya. Pernikahan bukanlah sesuatu yang dapat dijadikan mainan. Dan harta benda tidak sepenuhnya memberikan kebahagiaan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar