Senin, 05 Desember 2011

Judul Novel : Perempuan Mencari Tuhan

Judul Novel : Perempuan Mencari Tuhan

Novel berjudul “ Perempuan Mencari Tuhan “ adalah sebuah novel yang menceritakan kisah tiga orang saudara. Mereka adalah Laksma , Clara , dan Zahra. Laksma adalah anak tertua. Sedangkan Clara adalah anak kedua yang dimana dia menderita sebuah penyakit parah. Zahra sebagai adiknya sangat dekat dan akrab dengan Clara. Ia bahkan selalu ada dimanapun Clara ada. Sementara itu, Laksma sang kakak justru sering membentak-bentak Clara. Bahkan ia menyuruh Clara untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah setiap hari. Semenjak saat itulah Clara sering jatuh sakit. Sampai pada akhirnya ketika sudah beranjak remaja penyakitnya semakin parah dan ia dirawat di rumah sakit. Sewaktu di rumah sakit, bukan Zahra yang menemaninya melainkan Laksma. Seorang kakak yang selalu merasa bahwa Penyakit Claralah yang menghabiskan uang keluarganya. Sebab biaya berobat Clara tidaklah murah. Sehingga demi membantu ibunya, Laksma terpaksa harus bekerja di sebuah toko. Sedangkan ayah mereka sudah lama sekali meninggal. Sampai pada suatu hari, Clara yang sudah berusia tiga belas tahun itu meninggal dunia. Di ruangan tempat Clara meninggal hanya ada Laksma. Zahra tak ada di tempat itu sebab ia harus berangkat ke sekolah. Sementara ibunya baru datang ketika nyawa Clara sudah tidak ada. Hanya Laksma yang melihat Clara menghembuskan nafas terakhirnya dan sekaligus melepas kepergiannya. Saat itu setelah Clara meninggal, Laksma menuliskan tulisan “ CLARA “ di dada Clara. Ia menulisnya dengan tinta hitam. Ia menulisnya dengan tinta biasa. Namun, alangkah terkejutnya Laksma ketika tulisan itu tak dapat dihapusnya. Sehingga sampai Clara dimakamkanpun tulisan itu masih ada. Kematian Clara membuat keluarganya merasa sangat kehilangan. Dan Zahra sang adik, semenjak kematian Clara ia sering berbicara sendiri di kamar Clara. Ternyata ia sering ditemui oleh Clara. Ia sering menjelaskan kepada keluarganya bahwa Clara sering menemuinya. Namun, Laksma, ibu dan neneknya tak mempercayainya. Mereka menganggap Zahra hanya berhalusinasi saja. Semakin hari Zahra semakin sering didatandi Clara. Bahkan Zahra sering membawakan makanan untuk Clara dan meletakkannya di meja makan yang ada dikamar Clara. Melihat tingkah laku Zahra, ibunya menjadi heran, Ia mengatakan kepada ibunya dan Laksma bahwa Zahra sering berbicara sendiri. Namun, mereka tak percaya. Suatu hari ibunya memutuskan untuk mengubah kamar Clara menjadi sebuah gudang. Zahra menolak untuk mengubah kamar kakaknya menjadi sebuah gudang. Ia melarang keras ibunya untuk mengubah kamar Clara menjadi gudang. Sebab Clara tak kan mendatanginya lagi jika kamarnya berubah menjadi gudang. Clara tak menyukai ruangan yang penat dan kotor. Demi mempertahankan kamar itu Zahra rela melakukan apa saja yang diperintahkan oleh ibunya. Asalkan ibunya memenuhi kemauannya untuk tidak mengubah kamar tersebut menjadi gudang. Semakin lama tingkah Zahra semakin menjadi-jadi hingga ibunya memutuskan untuk membawanya ke seorang psikiater. Ia khawatir kalau Zahra mengalami gangguan jiwa. Zahra menolak untuk dibawa ke psikiater dan ia mencoba meyakinkan ibunya bahwa dirinya baik-baik saja. Namun sang ibu tetap igin membawanya ke psikiater. Akhirnya Zahra hanya bisa pasrah. Ia menerima ajakan ibunya ke psikiater. Sesampainya ditempat psikiater itu, Zahra sangat terkejut ketika melihat wajah dan senyum psikiater itu yang sangat mirip dengan Clara. Beberapa tahun kemudian Zahra semakin bartambah usia dan ia tumbuh menjadi seorang remaja. Dia kini telah duduk di kelas dua SMU. Akan tetapi ia masih sering dikunjungi oleh Clara. Ia selalu mencoba meyakinkan keluarganya namun tak pernah ada yang mempercayainya. Ibunyapun masih tetap pada keinginannya untuk mengubah kamar Clara menjadi gudang. Berkali-kali Zahra melarangnya namun tak pernah berhasil. Sampai pada akhirnya setelah kamar Clara diubah menjadi gudang, Clara tak pernah lagi mendatanginya. Hingga suatu hari Zahra memutuskan untuk melanjutkan kuliah di kota propinsi. Ibunya melarangnya namun ia tetap ingin ke kota propinsi walaupun tanpa restu ibunya. Sampai-sampai ibunya berjanji dan mengancam Zahra untuk tidak akan pernah membiayai kuliah Zahra. Akan tetapi Zahra tidak merasa takut dengan ancaman ibunya. Ia tetap pergi menuju kota propinsi. Sesampainya di kota yang dituju, ia tinggal di sebuah asrama. Dan saat memasuki kamarnya di asrama, ia sangat terkejut melihat kamarnya yang sangat mirip dengan kamar Clara. Suatu saat ibu asrama membawakan segelas susu untuk Zahra. Dan Zahra kaget melihat gelas yang dibawa oleh ibu asrama yang juga sama dengan gelas Clara. Bahkan aroma obat-obatan yang melekat pada gelas Clara juga ada pada gelas yang diberikan oleh ibu asrama tersebut. Lalu ibu asrama mengatakan kepada Zahra bahwa sehari sebelum Zahra tiba di asrama ada seorang wanita yang memberikan gelas itu kepadanya yang dititipkan untuk Zahra. Zahrapun menerimanya dan ia masih tak percaya dengan apa yang di alaminya. Pada suatu malam Clara mendatanginya di kamarnya. Mereka bercakap-cakap dan Clara menjelaskan bahwa kamar yang ditempati oleh Zahra adalah kamar Clara sewaktu dirumah. Pada suatu hari nenek Zahra datang ke asrama untuk mengunjungi Zahra. Setelah masuk ke kamar Zahra neneknya juga sangat terkejut melihat kamar Zahra yang sama persis dengan kamar Clara. Bahkan gelasnya juga sama. Suatu saat neneknya mengatakan kepada Zahra bahwa gelas Clara masih ada di rumahnya dan masih tetap terletak di dapur. Ia juga mengatakan kalau ibunya Zahra sangat merindukannya serta merasa bersalah kepada Zahra. Setelah beberapa tahun Zahra menikah dengan Bayu. Awalnya Zahra menolak untuk menjadi istri Bayu. Akan tetapi Clara memaksa Zahra untuk memerima Bayu menjadi suaminya. Hingga pada saatnya Bayu dan Zahra menikah dan mereka dikaruniai seorang anak perempuan yang cantik dan anehnya anak Zahra tersebut di dadanya ada tulisan “ Clara “. Sedangkan wajah anak itu sangat mirip dengan Clara. Keluarga Zahra sangat menyayangi anak tersebut yang kemudian diberi nama Ganet. Bahkan ibu Zahra sering memanggil Ganet dengan sebutan Clara. Sejak kelahiran Ganet muncul beberapa keganjalan di hati Zahra. Diantaranya terteranya nama Clara di dada Ganet, keanehan ibunya menyebut Ganet sebagai Clara saat menimangnya, dan masih banyak lagi keanehan-keanehan lain. Pada saat Ganet berusia empat bulan ia dapat berbicara dengan lancar bahkan ia dapat mengetahui segala kejadian yang akan terjadi. Apa yang ada dalam diri Ganet sangatlah membuat Zahra dan keluarganya sangat tak percaya. Menginjak usia tujuh tahun, Ganet sudah duduk di bangku SD. Kelebihannya meramalkan peristiwa yang akan terjadi masih ada dalam dirinya. Namun, hal itu justru membuat Zahra merasa tidak suka. Zahra tidak senang akan kelebihan anaknya yang bisa meramalkan peristiwa. Sebab setiap ramalan Ganet adalah sebuah peristiwa yang tidak mengenakkan. Bahkan berujung kematian. Semakin lama Zahra dapat menerima kelebiha Ganet. Ia hanya bisa pasrah. Enam tahun kemudian Ganet semakin bertambah dewasa. Usianya sudah menginjak 13 tahun. Dan di usianya tersebut ia masih saja memiliki kelebihannya, yaitu meramalkan peristiwa yang akan terjadi. Pada suatu ketika Ganet melihat dalam pikirannya bahwa di ibu kota akan ada hujan lebat yang disertai badai yang akan mengubah ibu kota menjadi lautan dan mematikan ribuan penduduknya. Sampai pada suatu ketika hujan yang disertai badai itu benar-benar terjadi. Semua apa yang dikatakan oleh Ganet benar-benar terjadi. Suatu ketika Ganet jatuh pingsan. Iapun dibawa ke rumah sakit oleh Zahra dan juga Laksma. Di rumah sakit Ganet hanya terbaring sambil menyebut-nyebut “ Tuhan “. Disaat ia terbaring itulah, ia memasuki alam mimpinya. Ia bermimpi mencari-cari Tuhan. Dan ia dibawa oleh Clara untuk mencari Tuhan dengan menaiki sebuah kapal pesiar yang besar dan megah. Sampai suatu ketika kapal tersebut dihantam oleh seekor ikan raksasa dan pada akhirnya kapal itu hancur. Ganetpun terpental dan meleyang ke udara sampai akhirnya ia jatuh di atas papan bekas pecahan kapal pesiar yang ia tumpangi, dan alangkah terkejutnya Ganet melihat papan tersebut didorong oleh ikan raksasa dan akhirnya Ganet kembali terpental dan melayang sampai pada akhirnya ia jatuh tepat di atas mulut ikan raksasa. Anehnya ikan raksasa itu bisa berbicara dan ia mengatakan bahwa dirinya adalah ikan yang menelan Yunus. Ia juga berkata kepada Ganet bahwa Ganet harus bersedia dimakan olehnya jika ia ingin bertemu dengan Tuhan. Sampai beberapa menit kemudian Ganet yang terbaring di rumah sakit masih menyebut Tuhan dan ia juga memohon ampun kepada Tuhan. Sampai pada akhirnya ia meninggal dunia. Kematiannya adalah kematian yang indah. Dan sampai ia meninggal masih tersisa pertanyaan apakah benar Ganet adalah reinkarnasi Clara?.






UNSUR INTRINSIK
1). Tema
Tema novel Perempuan Mencari Tuhan adalah kekeluargaan, yang menitik beratkan pada persaudaraan.

2). Amanat
Amanat yang terkandung dalam novel Perempuan Mencari Tuhan adalah bahwa kita harus selalu percaya kepada Tuhan dan segala apa yang terjadi di dunia merupakan kehendak Tuhan.

3). Alur/plot
Alur yang digunakan adalah alur maju karena diawali dengan sebab. Dalam hal ini adalah adanya garis keturunan antara Clara dan Ganet. Sedangkan sebagai akibatnya adalah adanya kemiripan sikap dan fisik antara Clara dan Ganet.

4). Penokohan
a) Pelaku, terdiri dari Clara, Ganet (sebagai tokoh utama), Laksma, Zahra ,Bayu, Ibu Clara, dan Nenek.
b) Watak/karakter
Clara , memiliki karakter yang lembut
Ganet , berkarakter lembut dan keras kepala.
Zahra , memiliki sikap pasrah dan keras kepala
Laksma , memiliki sikap keras, karena ia sering membentak-bentak Clara
5). Seting
* Tempat : peristiwa dalam cerita lebih sering terjadi didalam rumah

6). Sudut Pandang
Dalam novel ini pengarang menggunakan sudut pandang orang ketiga.

Novel ini berisi tentang agama dan moral. Jika dilihat dari segi agama, amanat yang terkandung dalam novel ini adalah bahwa kita sebagai umat manusia harus selalu senantiasa percaya kepada Tuhan. Dan jika dilihat dari segi moral, amanat yang terkandung dalam novel ini adalah bahwa seseorang yang sudah meninggal tidak mungkin dapat kembali lagi kedunia.












Ibuku

Ibu suka membacakan buku untuk menghantar tidurku
Aku terbuai mendengarkan ibu dan buku,mendengarkan
Ibuku, sambil membayangkan dan bertanya ini itu
Aku pun terlelap dalam mimpi,terbang ke tempat-tempat
Yang belum ku kenali. Ketika bangun, kurasakan basah
Dicelana. Wah, beta telah ngompol dalam dekapan bunda.

Bila aku pamit sekolah, ibu tak pernah bilang jangan nakal
dan bodoh, Jangan membantah guru dan menyanggah buku.
Ibu hanya mengecup jidatku : Buka hidupmu dengan buku.

Pada saatnya beta harus meninggalkan bunda sebab tak bisa
selamanya menyusu pada ibu. Aku harus mencari susu baru
sambil menahan air mata, ibu memeluk dan menciumku.

Pergilah. Terbanglah. Aku pun terbang bersayapkan buku
ke antah-berantah yang bagiku sendiri masih entah

ketika suatu saat aku pulang kerumah ibu,
ibu sudah menjadi buku yang tersimpan manis dirak buku.

Oleh : Joko Pinurbo




Puisi berjudul Ibuku ini menceritakan tentang kisah seorang anak bersama ibunya. Dimana anak tersebut semasa kecilnya sering dibacakan sebuah dongeng oleh ibunya untuk menghantarkan ridurnya. Semasa sekolah dulu, anak tersebut mendapatkan dorongan dari ibunya agar ia selalu bersungguh-sungguh dalam menimba ilmu.
Kini anak tersebut telah pergi meninggalkan sang ibu demi melanjutkan pendidikannya Ia tak ingin jika dalam kehidupannya ia selalu bergantung kepada sang ibu.


HASIL ANALISA

1. Jika dilihat dari segi bahasa (Stilistika)
Bahasa yang digunakan oleh penyair dalam puisi ini merupakan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca. Sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman dalam memahami isi dan maksud yang terkandung dalam puisi tersebut.

2. Jika dilihat dari segi Tanda (Semiotk)
Dalam puisi ini, penulis tidak banyak menggunakan unsur tanda. Dalam pemisahan antara syair pertama dan syair-syair berikutnya menggunakan tanda titik ( . ) , koma ( , ) , dan titik dua ( : ).

* Puisi ini menurut saya merupakan puisi bebas, karena tidak terikat oleh baris, bait dan rima.















Tidak ada komentar:

Posting Komentar