Senin, 05 Desember 2011

kabut sepanjang jalan..












NOVEL.1
Judul : Kabut Sepanjang Jalan
Karya : Ketut Sugiartha
Jumlah Halaman : 123
Penerbit : Balai Pustaka








Novel berjudul “ Kabut Sepanjang Jalan “ ini berisi cerita tentang kehidupan seorang pria yang berasal dari Bali yang bernama Warsika dalam keluarganya dan juga dalam kisah asmaranya. Karena terpenjara oleh pikiran-pikiran tentang garis hidupnya yang suram, Warsika jadi setengah hati menjalani kencannya dengan Rusmini, pacarnya, di sebuah pantai. Disitu terjadi kesalahpahaman antara Warsika dengan Rusmini. Rusminipun ngambek dan meninggalkan Warsika yang kemudian hanya dapat mengutuki dirinya sebagai orang sakit. Setelah Warsika kembali ke rumah, pikirannya semakin runyam karena Umbara, kakak laki-lakinya yang menderita suatu kelainan dan disebut gila oleh orang-orang sekitarnya, dan tak jarang ia juga kerap dipukuli oleh orang. Warsika kehabisan akal untuk menyelamatkan Umbara dari penderitaannya itu, sebab usulnya untuk mengirim Umbara ke Rumah Sakit Jiwa selalu ditolak oleh ibunya dengan alasan yang tak masuk akal, yaitu karena Umbara dianggap sebagai anak anugerah dewa dan tak bisa dipisahkan dengan ibunya. Namun, ketika malam itu Umbara masuk ke kamar Warsika dan ia mengatakan kalau dirinya siap untuk dikirim ke Rumah Sakit Jiwa. Sedangkan Warsika tidak habis pikir, betulkah kakaknya sudah gila?
Teman-teman sekantor Warsika merasa prihatin akan kondisi Umbara, sementara kepala kantornya begitu menaruh perhatia pada hubungan Warsika dengan Rusmini yang sedang dilanda masalah. Warsika sangat berterimakasih atas saran-saran yang diberikan oleh atasannya yang juga masih bujangan. Namun, ketika Warsika bertekad untuk memperbaiki hubungannya dengan Rusmini, justru terjadi kesalahpahaman yang menyebabkan ia melakukan pemukulan terhadap kakak laki-laki Rusmini. Peristiwa itu membuat batin Warsika tersiksa. Ia jadi sering mengurung diri. Dalam keadaan yang demikian hadirlah Tini, teman sepermainan Warsika semasa kecil yang telah lama terpisah dengannya karena ayahnya pindah tugas ke Kupang. Tini adalah sepupu Warsika yang kembali karena tugasnya sebagai perawat. Kehadirannya membuat Warsika mampu bangkit dari perasaan malangnya. Pada suatu ketika mereka berkunjung ke Rumah Sakit Jiwa tempat Umbara di rawat. Mereka mendapati Umbara dalam kondisi babak-belur, Warsika merasa cemas, jangan-jangan apa yang dikatakan oleh ibunya adalah betul, bahwa ibu dan kakaknya tidak bisa dipisahkan. Buktinya, begitu Umbara tinggal di rumah sakit, ibunya pun mendadak sakit. Pikiran Warsika jadi dipenuhi denyan berbagai pertanyaan, dan itu semakin menerornya ketika pada saat Warsika dan Tini pulang mereka mendapati ibunya sudah meninggal.
Sementara itu hubungannya dengan Rusmini semakin Runyam, sebab ketika Rusmini tiba-tiba berkunjung kerumah Warsika dilihatnya Warsika sedang berduaan dengan Tini. Antara Tini dan Warsikapun lantas terjadi kesenjangan sampai kemudian Umbara meninggal. Kematian ibu dan anak yang susul-menyusul itu mendorong ayah Warsika untuk mendatangi seorang sedaan, dan kemudian diketahui bahwa dalam kehidupan yang lalu, Umbara dan ibunya adalah pasangan kembar yang berbahagia, yang selalu ingin berdampingan. Terungkapnya misteri kematian kakak dan ibunya membuat Warsika terbebas dari perasaan bersalah yang pernah menerornya. Namun belum lagi ia sempat menikmati hidupnya, Bancuk, sahabat karib Warsika menikah dengan gadis pujaannya. Hal itu membuatnya merasa sangat kehilangan dan akhirnya Warsika memutuskan untuk memilih Tini sebagai pasangan hidupnya.



KOMENTAR
Novel ini didalamnya terdapat unsur religi. Sudut pandang yang digunakan oleh pengarang adalah sudut pandang orang pertama dan ketiga. Isi cerita pada novel ini pada awalnya agak sulit untuk dipahami. Akan tetapi setelah membacanya hingga akhir cerita dapat diketahui apa isi cerita dari novel ini. Amanat yang terkandung didalamnya adalah bahwa kita hanya bisa menyerahkan segala permasalahan kita kepada Tuhan, garis keturunan manusia ditentukan juga oleh Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar