Novel yang berjudul “ Di Atas Puing-Puing “ menceritakan tentang kehidupan rumah tangga seorang wanita bernama Arini. Dimana dalam kehidupan bersama suaminya hadirlah orang ketiga bernama Retno yang tak lain adalah murid dari suaminya sendiri. Pada mulanya hubungan Rini dan suaminya baik-baik saja. Namun, Rini merasa ada sebuah perubahan pada suaminya. Sebab ia selalu pulang larut malam. Rini dan suaminya mempunyai tiga orang anak yaitu Ita, Iwan dan Neni. Pada suatu hari ketika musim liburan sekolah, Rini membawa anak-anaknya berkunjung kerumah Bibinya di kampung. Disitu Rini mencurahkan segala keluh kesah permasalahan bersama suaminya kepada sang Bibi. Suatu ketika saat Rini sedang memandikan anak-anaknya di pancuran, datanglah Hendra. Lelaki yang mencintai Rini. Hendra datang kerumah Bibinya sengaja untuk bertemu dengan Rini. Ia masih mengharapkan cinta Rini walaupun ia tau bahwa Rini sudah bersuami dan memiliki tiga orang anak. Disitu Hendra berusaha meyakinkan Rini atas perasaannya. Namun, Rini berusaha untuk tidak memperdulikannya. Sebab ia sadar bahwa ia masih ada yang memiliki. Beberapa hari kemudian Rini dan anak-anaknya kembali ke kota. Sesampainya dikota ia kembali dihadapkan pada persoalan yang sama, yaitu antara dirinya, suaminya, Hendra dan Retno. Ia masih dirundung rasa cemburu terhadap Retno. Padahal ia sadar bahwa Retno berusia jauh lebih muda dari dirinya. Keadaan saat itu masih seperti dulu, suaminya jarang pulang kerumah. Dan ketika ia pulang ia justru membawa Retno yang amat dibenci oleh Rini. Dirumahnya mereka saling mengintrospeksi diri. Rini bertanya kepada Hardi suaminya mengapa hubungan rumah tangga mereka harus retak. Mengapa keretakan menghampiri kehidupan rumah tangga mereka. Kemudian suami Rini kembali pergi dan tak lama kemudian datanglah Hendra. Ia datang kerumah Rini bermaksud ingin mengajaknya pergi ke Jakarta. Dan Rinipun menerima ajakan Hendra. Mereka pergi bersama Neni anak Rini. Kepergian mereka tidak diketahui oleh Hardi, orangtua Rini dan juga mertuanya. Di Jakarta, Hendra kembali meyakinkan Rini bahwa ia bena-benar mencintainya dengan sepenuh hati. Rinipun pada akhirnya menerima cinta Hendra. Namun, keputusannya menerima cinta Hendra hanya untuk membuat Hendra senang. Ia ragu-ragu terhadap cinta hendra sebab ia tak ingin merasakan hal yang sama dengan suaminya untuk yang keduakalinya. Suatu hari orangtua Rini menelpon dan ia memberitahukan bahwa Iwan anaknya telah jatuh sakit dan dirawat di rumahsakit. Iwan menderita sakit kemungkinan karena rindu kepada ibunya. Mendengar berita tersebut Rinipun tak sanggup menahan tangis dan tak lama kemudian iapun bergegas untuk segera pulang kerumahnya dan ia tak sabar untuk menjenguk Iwan di rumahsakit. Lalu pada akhirnya ia pulang bersama Hendra. Sesampainya di rumahsakit ia langsung memeluk anaknya, Iwan untuk melepaskan rasa penyesalanya karena telah meninggalkannya ke Jakarta. Disitu ada orang tua Rini dan juga Hardi. Hendra meminta maaf kepada mereka sebab ia telah membawa Rini dan juga Neni ke Jakarta tanpa sepengetahuan mereka. Rini yang pada saat itu sedang menangis meminta kepada Hardi agar ia dapat membawa Iwan dan merawat serta mendidiknya dengan penuh kasih sayang seorang ibu. Beberapa hari setelah Iwan sembuh dan dibawa pulang oleh Rini kerumahnya, datanglah Hardi bersama Ita anaknya. Disitu Ita berkata kepada Rini bahwa Retno telah tinggal bersamanya dan juga ayahnya. Ita juga berkata kepada ibunya bahwa Retno sangat baik kepadanya dan Itapun juga telah senang kepada Retno. Mendengar perkataan anaknya Rinipun merasa kebenciannya kepada Retno semakin bertambah. Ia menganggap Retno juga telah merebut hati anaknya setelah merebut hati suaminya. Lalu Ita kembali berkata kepada ibunya bahwa Retno juga telah baik kepada Iwan selama ia pergi ke Jakarta. Dan Ita bertanya kepada ibunya mengapa ia tak mengajaknya pergi ke Jakarta. Rini sebenarnya ingin menjawab pertanyaan anaknya tersebut. Namun, ia hanya dapat terdiam mendengar kata-kata Ita yang memerihkan hatinya. Rinipun merasa khawatir apakah Retno akan mencintai anak-anaknya seperti ia mencintai anak kandungnya?. Dalam hatinya terselip sifat seorang ibu tiri yang kejam. Lalu pada suatu ketika Hardi datang mengunjungi Rini dan ia memberitau bahwa Retno beberapa bulan lagi akan melahirkan. Hardi berharap bahwa Rini dapat menunggui ketika Retno melahirkan nanti. Menurut Rini, Hardi begitu tega mengatakan itu padanya. Sebab Retno telah membuat retak rumah tangganya. Selang beberapa hari datanglah seorang pastor menemui Rini yang pada saat itu sedang menyuapi Iwan. Pastor tersebut sudah mengetahui semua permasalahan yang sedang dihadapi oleh Rini. Ia berusaha meyakinkan Rini agar tetap mempertahankan keutuhan rumah tangganya. Namun, Rini tetap pada pendiriannya untuk berpisah dengan Hardi dan membangun rumah tangga baru dengan Hendra. Selama ia hidup berumah tangga dengan Hendra ia merasakan sebuah kebahagiaan dan merekapun dikaruniai seorang anak perempuan yang kemudian diberi nama Yasti. Meskipun Rini merasakan bahagia, tetapi masih ada satu permasalahan lain yaitu hubungannya dengan Hendra yang tanpa perkawinan dan tidak sah secara hukum dan juga agama. Ia juga merasa bersalah kepada orangtua Hendra. Sebab ia dulu menolak lamaran Hendra. Pada suatu hari, Hendra mengalami kecelakaan pesawat. Dan iapun meninggal dunia. Sejak saat itu Rini baru menyadari akan rasa cintanya kepada Hendra. Ia selalu teringat suara Hendra dan sesekali ia juga memimpikannya. Hardi sekali lagi berusaha mengajaknya untuk berdamai. Namun, Arini tetap pada pendiriannya untuk tidak membangun rumahtangga kembali dengan Hardi. Dengan adanya kematian Hendra, Arini merasa bahwa dalam hidupnya permasalah tak kan pernah ada ujungnya.
KOMENTAR
Dalam novel ini terdapat satu permasalahan. Namun, penguraiannya sangat panjang. Dari novel tersebut kita dapat memetik sebuah pelajaran baru bahwa hidup tak selamanya menyenangkan karena semakin lama semakin banyak permasalahan yang kita hadapi. Dunia semakin terasa sempit akibat bertambahnya manusia dan bertumbuhnya kepandaian manusia. Tetapi kepintaran otak tak boleh di cap sebagai sesuatu yang negatif semata. Sebab, kita salah jika tak menggunakan akal budi anugerah Tuhan. Dan berkat akal budi kita merasa bertanggung jawab terhadap masa depan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar