Novel berjudul “ KEOK “ ini menceritakan tentang kesedihan seorang wanita yang ditinggalkan oleh suaminya yang meninggal. Pada suatu hari ketika suaminya mengendarai mobil bersama dirinya, ia menyerempet seorang pemuda. Kondisi pemuda itu baik-baik saja. Namun, entah mengapa ia memukuli suami wanita itu dan menendang-nendang mobilnya hingga membekas. Awalnya sang pemilik mobil mencoba melawan. Namun, pada akhirnya ia menyerah untuk dipukuli habis-habisan oleh pemuda itu. Orang-orang di sekitar tempat kejadian itu berkerumun untuk melerai keduanya dan polisipun datang untuk mendamaikan situasi. Suami wanita itu terus bertanya kepada pemuda itu mengapa ia memukuli dirinya? Padahal kondisi pemuda itu tak sedikitpun ada yang terluka. Namun, tak ada sepatah katapun keluar dari mulut pemuda itu. Dan suami wanita itu mengajak berdamai dengan cara meminta maaf kepada pemuda tersebut. Setelah masalah dengan pemuda itu selesai, Akhirnya ia bersama istrinya pergi meninggalkan tempat tersebut. Di dalam perjalanannya, suami wanita itu terus memaki-maki pemuda yang diserempetnya tadi. Dan tak berapa lama kemudian ketika ia sedang menyetir mobil, ada seorang anak yang hendak menyebrang namun tak jadi. Sehungga mengejutkan suami wanita itu. Dengan suasana hati yang penuh emosi, suami wanita itu turun dari mobilnya dan ia memaki-maki anak itu, bahkan ia juga menamparnya. Akan tetapi anak tersebut hanya diam. Sebab ia merasa bahwa dirinyalah yang memang bersalah. Dengan adanya peristiwa tersebut, suami dari wanita itu heran mengapa orang-orang tidak menghormatinya.
Tak lama setelah peristiwa tersebut, suami dari wanita itu meninggal dunia akibat penyakit yang dideritanya. Sebelum kepergiannya ia telah bercerai dangan istrinya. Ia berusia jauh lebih tua dari mantan istrinya. Akibat kematiannya itu, mantan istrinya menjadi sangat membingungkan. Bahkan suatu ketika, waktu ia sedang memarkirkan mobilnya di pinggir jalan, ia membiarkan seorang pencuri mengambil berbagai peralatan berharga yang ada di dalam mobilnya. Setelah pencuri itu pergi, wanita tersebut menghentikan sepeda motor yang sedang melintas dan ia meminta si pengendara motor itu untuk membawanya pergi kemanapun, tanpa tujuan yang jelas. Sebelumnya pengendara sepeda motor itu bersedia memberi tumpangan kepadanya karena ia pikir wanita itu adalah Eva, perempuan yang sebenarnya hendak ditemuinya. Setelah pemilik motor itu tau bahwa wanita itu bukan Eva, pengendara motor itu memaksanya untuk turun. Lalu mereka saling menyalahkan satu sama lain. Namun, wanita itu akhirnya meminta maaf kepada pemilik motor tersebut. Kemudian wanita itu pergi dan ia menuju ke sebuah pantai. Dan kemudian menyaksikan sebuah pertunjukan di Taman Impian. Melihat pertunjukan itu, ia merasa tertarik untuk ikut berperan di dalamnya. Dan pada akhirnya, iapun turut dalam pertunjukan itu. Walaupun menurut salah seorang tokoh pemain, aksinya dalam pertunjukan itu masih bertele-tele. Akan tetapi ia merasa senang, sebab dengan itu ia menjadi terhibur hatinya. Setelah mengikuti pertunjukan tersebut, wanita itu kembali ke mobilnya dan ternyata mobilnya sudah dikerumuni oleh banyak orang dan di situ juga terdapat beberapa polisi. Sebab, di dalam mobilnya terdapat mayat seorang laki-laki yang tak lain adalah mantan suami dari wanita itu. Ia pura-pura tidak tau menau tentang mayat itu dan iapun pergi meninggalkan jasad mantan suaminya bersama para orang-orang yang mengerumuninya. Setelah meninggalkan kerumunan itu, wanita itu pergi ke rumah walikota dan ia mengajukan banyak sekali ketidaksetujuannya atas semua situasi dan kondisi di kota. Ia bercerita panjang lebar kepada walikota dan istrinya tentang kesedihan yang sedang dialaminya. Mendengar semua cerita dari wanita itu, walikota dan juga istrinya menjadi terharu dan bersimpatik kepada wanita tersebut. Setelah sekian lama bercerita akhirnya wanita tersebut pergi meninggalkan rumah walikota dengan mengenakan pakaian yang diberikan oleh istri walikota. Sejak kepergiannya dari rumah walikota, wanita tersebut terus berjalan mengelilingi kota tanpa tujuan yang jelas. Di jalanan sering ia dicemooh bahkan dimarahi oleh orang-orang di sekitarnya. Pada suatu ketika wanita tersebut bertemu dengan beberapa anak kecil. Mereka bertanya kepada wanita itu mengapa ia tidak pulang? Apakah ia tak memprihatinkan kondisi anak-anaknya di rumah. Pertanyaan anak-anak itu membuat wanita tersebut termenung. Namun, tak ada satupun pertanyaan dari anak itu yang dijawabnya. Sehingga anak-anak itu mengira bahwa wanita tersebut sudah meninggal. Dan mereka mengumpulkan daun-daun kering di kaki wanita tersebut untuk di bakar. Sebab mereka mengira bahwa wanita tersebut sudah meninggal. Semakin lama setelah api membakar sampah-sampah di kakinya, wanita tersebut merasakan sebuah kesakitan. Namun, ia justru tersenyum kepada anak-anak tersebut. Setelah peristiwa tersebut, wanita itu kembali pergi tanpa tujuan yang jelas. Ia tetap saja diam tanpa sepatah katapun keluar dari mulutnya. Tak sedikit orang yang mengajukan petanyaan-pertanyaan kepada dirinya. Namun, tak ada satupun pertanyaan yang dijawabnya. Sehingga ia kerap membuat orang-orang kesal bahkan marah atas kediamanya tersebut.
KOMENTAR
Dalam novel ini tidak disebutkan siapa nama dari tokoh utamanya. Kata-kata yang digunakan oleh penulis mudah dipahami. Namun, terdapat beberapa kata yang menurut saya kurang sopan. Seperti ; bangsat, dan lain sebagainya. Sudut pandang yang digunakan oleh penulis dalam novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga. Amanat yang terkandung dalam novel ini adalah bahwa kita harus berusaha untuk menghibur seseorang yang dalam kondisi penuh dengan kesedihan. Dan kita tidak boleh memendam berbagai persoalan di dalam hati kita tanpa ada satu orangpun yang mengetahuinya apabila kita tidak ingin tertekan....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar